makalah abu bakar as siddiq

MakaAbu Bakar berkata:' 'Umar mendatangiku dan berkata:' Sesungguhnya perang Yamamah telah menelan banyak korban meninggal dari kalangan penghafal al-Qur'an, dan aku khawatir akan terjadi lebih banyak korban meninggal pada peperangan-peperangan yang lain sehingga hilanglah al-Qur'an. Dan aku ingin agar engkau memerintahkan agar al-Qur'an MakalahPemerintahan Abu Bakar As-Siddiq BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan posisi beliau sebagai pemimpin umat Islam setelah beliau wafat. Tampaknya Nabi Muhammad SAW menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin itu sendiri Site De Rencontre Avec Paiement Par Telephone. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar AshSidiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash Shidiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit. Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti. Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rosulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah. Rumusan Masalah Bagaimana kehidupan Abu Bakar? Bagaimana pengangkatan ke khalifahan Abu Bakar? Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash Sidiq? Apa saja prestasi dan pesan Abu Bakar Ash Shidiq? Wafatnya Abu Bakar Ash Shidiq? BAB II PEMBAHASAN A. KEHIDUPAN ABU BAKAR ASH SHIDIQ 1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq[1] 2. Biografi Abu Bakar Shiddiq Sebelum memeluk aga islam beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk islam namanya di ganti oleh Rosululloh SAW menjadi Abdullah ibnu Abi Quhafah At-Tamim.[2] Panggilan Abu Bakar Shidiq ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya bapak, “Bakar” artinya dengan segera beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain. Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang amat membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 568 M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma Ummul Khair. Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir. Sekalipun keluarga Abu Bakar berdiam pada bagian bawah kota Mekkah yang bernama Masfalah, bekas rumah kediamannya itu sekarang ini dijadikan sebuah mesjid kecil dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima ke Tanah Suci, dan keluarga Muhammad berdiam pada bagian atas kota Mekkah yang dewasa ini dipanggilkan dengan Syiab-Ali , bekas rumah kelahiran Nabi Muahmmad itu sekarang ini dijadikan Gedung Perpustakaan dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima Ke Tanah Suci, akan tetapi antara kedua anak muda itu semenjak kecilnya terikat persahabatan yang akrab. Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah ia telah dibebaskan dari maut. Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq ia menjawab Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata Barang siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini. 3. Perjuangan Abu Bakar Ash Shiddiq Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Usaha dagangannya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar. Kejujuran dan kesucian hatinya membuat ia selalu berhasil dalam berdagang. Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.[3] Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan. Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Ia sering melakukan perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam pekerjaannya sebagai saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang diperolehnya karena percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus terbawa sampai ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan duka. Beliau mempunyai kekayaan yang besar sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta kekayaannya tinggal sedikit. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya. Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang dan patuh di antara para sahabat Nabi yang lain. Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain Bilal bin Rabah, Abu Fukaifah, Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira 4. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya. besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula itu dalam islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima islam ialah Usman bin Affan, abdur-Rahman bin auf, talhah bin ubaidillah, sa’ad bin abi waqqas dan zubair bin awam. sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk islam atas ajakan abu bakar ialah abu ubaidah bin jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah. Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa ragu itu kemudian Rasulullah berkata “Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya.” 5. Membela dan melindungi Rasulullah Ketika agama Islam yang dibawa Rasulullah belum banyak pengikutnya, masyarakat kafir Quraisy dengan segala cara menghalang-halangi dakwah yang disamaikan rasulullah. Bahkan seringkali orang-orang kafir Quraisy menggunkan cara-cara kekerasan untuk melawan Rasulullah dan pengikutnya. Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah sangat besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka. Beberapa contoh peristiwa yang memperlihatkan betapa Abu Bakar sangat membela dan melindungi Rasulullah, yakni Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan menganggap Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan perlindungan Nabi saat mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha mengejar Nabi waktu perjalanan ke Madinah. Pada waktu Rasulullah sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba seorang kafir quraisy yang bernama Uqbah bin abi Muaith menjerat leher rasulullah. Melihat rasulullah dalam keadaan bahaya,Abu Bakar langsung mendekati Uqbah dan membantingnya, sehingga rasulullah selamat tanpa cidera. Pada waktu peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang kafir quraisy menentang apa yang diceritakan oleh Rasulullah, diantara kaum Quraisy yang termasuk golongan awal yang mempercayai certa tentang Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar. Pada waktu menghadapi perang badar yaitu perang pertama antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy, Abu Bakar lah yang pertama menjawab pertanyaan Rasulullah tentang kesiapan pasukan kaum muslimin. Abu Bakar menjawab siap membela islam dan Rasulullah SAW. Jawaban Abu Bakar menjadi pemicu semangat para sahabat lainnya, baik dari Anshar maupun Muhajirin.[4] Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut kepercayaan lainnya. Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya pada waktu itu. Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi dan agama Islam, sehingga seluruh kekuatan yang dimilikinya semua dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak hanya ketika ia berada di kota Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. jasa beliau sangat dalam upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah,terlebih saat ia terpilih sebagai seorang khalifah rasyidah yang pertama, yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam. B. PENGANGKATAN ABU BAKAR MENJADI KHALIFAH 11-13 H/632-634 M Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan jadi Khalifah dipilih dari antara mereka. Dalam pada itu Ali ibnu Abi Thalib menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi. Tetapi bahagian terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka dipilihlah beliau jadi khalifah. Orang-orangyang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, di kala golongan terbanyak dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera pula memberikan bai’ahnya. Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di bawah ini kita kutip beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata “Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku”. C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN KHALIFAH ABU BAKAR Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk memberikan bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau, maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang pada mereka. Berikut langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh khalifah Abu Bakar, yaitu 1. Menghadapi gerakan Riddah pindah agama Dapat digolongkan menjadi 3 kelompok Orang-orang murtad. Orang yang tidak mau membayar zakat. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu diantaranya yaitu Thulaihah Al-Asadi, Musailamah Al Kadzab, dan Aswad Al ausi. Setelah peperangan antara pasukan abu Bakar dengan Thulaihah Al-Asadi menang,akhirnya Tulaihah masuk Islam kembali. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula. Golongan orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, dan setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat. Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari terakhir kehidupan Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan mereka setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani menunjukkan keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu. Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran. Perang Riddah perang melawan kemurtadan pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an Qori karena keikut sertaan mereka dalam perang tersebut. Mereka adalah penghafal bagian-bagian Al-Qur’an. Melihat situasi ini, Umar merasa cemas karena mungkin makin bertambahnya para Qori yang tewas akan menghilangkan sebagian Al-Qur’an. dengan alasan inilah akhirnya Umar mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan Al-Qur’ Bakar pada mulanya tidak setuju dengan usulan tersebut, karena tidak ada otoritas dari nabi untuk membukukan Al-Qur’an, namun kemudian ia setuju dan memberikan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit untuk menuliskannya. 2. Perluasan Wilayah Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. ada dua ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini tahun 634 M, pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di belahan timur dan utara. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia. Usaha Abu Bakar melakukan dakwah Islam itulah yang dikagumi. Barang kali ada juga orang yang berpandangan semacam dia, merasa sudah cukup puas dengan mempercayainya secara diam-diam dan tak perlu berterang-terang di depan umum agar perjalananya selamat, berjalan lancar. Dan barang kali Nabi Muhammad pun merasa cukup puas dengan sikap demikian itu dan sudah boleh dipuji. Tetapi Abu Bakar dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu, lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamnya, inilah yang belum pernah dilakukan orang;kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya, yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran. Orang demikian ini sudah berada diatas kepentingan pribadinya sehari-hari. Kita lihat, dalam membela agama, dalam berdakwahuntuk agama, segala kebesaran dan kemewahan hidup duniawinya dianggapnya kecil belaka. Dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh kebenaran itu. Tetapi abu bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan quraisy. sama halnya dengan Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu dengan kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaum nya serta perlindungan bani hasyim kepadanya. setiap Abu Bakar melihat Muhammad di ganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan,bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan quraisy terhadap rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa mereka di cela. Khalifah abu bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk panglima besar dan kepala-kepala dan taktik perang banyak yang didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita lihat banya di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jama’ah dan shalat jum’at di ibu kota tetap di tangan khalifah abu bakar, karena shalat dan jum’at adalah tiang agama. Organisasi dan mekanisme pemerintahan abu bakar adalah begitu kuat dan merata. perhubungan antara pusat madinah dengan daerah sampai kepada instansi yang terendah di suku-suku kabilah rapat sekali. itu adalah juga sebagai hasil dari kemenangan abu bakar di peperangan Riddah. Hal yang demikian sangat memberikan kemungkinan kepada ’’Hukum“ untuk timbul menonjol tinggi, dan kepadanya, ’’ Kekuasaan“ untuk mengembangkan sayapnya. maka sebagai kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di dalam ’’Baldatun taiyiban wa rabbun gafur“Negara makmur dilindungi tuhan yang pengampun. D. PRESTASI DAN PESAN ABU BAKAR Sifat yang dimiliki Abu Bakar Khalifah Abu Bakar memiliki akhlak yang mulia dan terpuji. Sifat lain yang dimilikinya antara lain kemauan dan pendiriannya kuat. Hatinya kuat mendukung Islam. Jujur dan amanah. Pemaaf dan dermawan. Percaya pada diri sendiri. Hemat. Prestasi/ jasa Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya. Bukankah ini merupakan salah satu keajaiban sejarah?! Dalam jangka waktu dua tahun tiga bulan bangsa-bangsa yang memberontak itu dapat kembali tenang dan menjadi bangsa bersatu yang kuat, disegani dan berwibawa, yang akhirnya malah dapat menerobos dua imperium besar yang ketika itu menguasai dunia dan menentukan arah kebudayaannya. Kedaulatan ini pula yang kemudian mengemban peradaban di dunia selama berabad-abad sesudahnya. Abu Bakar muhammd haikal husain hal 341 Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an. Lembaran tersebut banyak yang disimpan oleh para sahabat. Banyak diantara lembaran itu berupa kulit kayu, tulang belulang, dan ada juga para sahabat yang menuliskan diatas batu. Karena banyak orang yang hafal al Qur’an meninggal dunia saat peperangan maka Umar bin khatab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan mushaf alQur’an. Kemudian dibntuklah panitia penghimpun mushaf al Quran yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah terkumpul lalu disimpannya di rumah Hafsah binti Umar bin Khatab. Adapun jasa yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah Perbaikan sosial masyarakat. Perluasan dan penyebaran agama Islam Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi. Adapun pesan-pesan yang disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya roh kemanusiaan. Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan. Sayidina Abu Bakar berkata Terdapat delapan perkara yang menjadi perhiasan, kepada delapan perkara Menjaga perkara yang haram. Perhiasan kepada fakir. Syukur perhiasan kepada nikmat. Sabar perhiasan kepada bala. Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan. Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu. Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap. Meninggalkan riya perhiasan kepada kebaikan. Khusyuk perhiasan kepada sembahyang. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia nescaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu. Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan. Dia berkata kepada para Sahabat Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku. E. WAFATNYA ABU BAKAR Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari. Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat yang amat penting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat penting itu Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya. Dalam keadaan yang demikian beliau dapat mengerahkan kaum muslimin menghancurkan syirik dan memberantas keragu-raguan dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan mereka menggulingkan singgasana Kisrah raja Persia dan Kaisar raja Romawi. Kalau ada suatu peristiwa besar yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu Bakar selalu kelihatan dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada arwah telah mencerminkan seluruh nilai-nilai dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni. BAB III KESIMPULAN Nama Abu Bakar aslinya adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi. Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah. Abu Bakar diberi gelar Ash-Shiddiq artinya yang amat membenarkan. Diberikan gelar itu karena Abu Bakar selalu membenarkan apa yang diajarkan Rasulullah saw. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah merupakan hasil musyawarah antara kaum muhajirin dan Anshar. Abu Bakar menghadapi kaum riddah Orang-orang murtad. Orang yang tidak mau membayar zakat. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu. Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an. Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari. DAFTAR PUSTAKA Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin. 2008. Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang PT Karya Toha Putra. Tim Bina Karya Guru. 2008. Bina Sejarah Kebudayaan Islam untuk madrasah Ibtidaiyah kelas VI. Jakarta Erlangga. [1] Drs, Rusli Ishaq, dan Drs. H. Bahroin Suryantara, M, 2008, Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang PT Karya Toha Putra, Hlm 10. [2] Tim Bina Karya Guru, 2008, Bina Sejarah Kebudayaan Islam untuk madrasah Ibtidaiyah kelas VI, Jakarta Erlangga. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar AshSidiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash Shidiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit. Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti. Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rosulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah. Rumusan Masalah Bagaimana kehidupan Abu Bakar? Bagaimana pengangkatan ke khalifahan Abu Bakar? Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash Sidiq? Apa saja prestasi dan pesan Abu Bakar Ash Shidiq? Wafatnya Abu Bakar Ash Shidiq? BAB II PEMBAHASAN A. KEHIDUPAN ABU BAKAR ASH SHIDIQ 1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq[1] 2. Biografi Abu Bakar Shiddiq Sebelum memeluk aga islam beliau bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk islam namanya di ganti oleh Rosululloh SAW menjadi Abdullah ibnu Abi Quhafah At-Tamim.[2] Panggilan Abu Bakar Shidiq ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya bapak, “Bakar” artinya dengan segera beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain. Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang amat membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 568 M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma Ummul Khair. Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir. Sekalipun keluarga Abu Bakar berdiam pada bagian bawah kota Mekkah yang bernama Masfalah, bekas rumah kediamannya itu sekarang ini dijadikan sebuah mesjid kecil dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima ke Tanah Suci, dan keluarga Muhammad berdiam pada bagian atas kota Mekkah yang dewasa ini dipanggilkan dengan Syiab-Ali , bekas rumah kelahiran Nabi Muahmmad itu sekarang ini dijadikan Gedung Perpustakaan dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima Ke Tanah Suci, akan tetapi antara kedua anak muda itu semenjak kecilnya terikat persahabatan yang akrab. Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah ia telah dibebaskan dari maut. Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq ia menjawab Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata Barang siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini. 3. Perjuangan Abu Bakar Ash Shiddiq Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Usaha dagangannya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar. Kejujuran dan kesucian hatinya membuat ia selalu berhasil dalam berdagang. Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.[3] Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan. Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Ia sering melakukan perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam pekerjaannya sebagai saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang diperolehnya karena percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus terbawa sampai ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan duka. Beliau mempunyai kekayaan yang besar sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta kekayaannya tinggal sedikit. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya. Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang dan patuh di antara para sahabat Nabi yang lain. Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain Bilal bin Rabah, Abu Fukaifah, Ammar, Abu Fuhaira, Lubainah, An Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira 4. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya. besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula itu dalam islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima islam ialah Usman bin Affan, abdur-Rahman bin auf, talhah bin ubaidillah, sa’ad bin abi waqqas dan zubair bin awam. sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk islam atas ajakan abu bakar ialah abu ubaidah bin jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah. Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa ragu itu kemudian Rasulullah berkata “Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya.” 5. Membela dan melindungi Rasulullah Ketika agama Islam yang dibawa Rasulullah belum banyak pengikutnya, masyarakat kafir Quraisy dengan segala cara menghalang-halangi dakwah yang disamaikan rasulullah. Bahkan seringkali orang-orang kafir Quraisy menggunkan cara-cara kekerasan untuk melawan Rasulullah dan pengikutnya. Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah sangat besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka. Beberapa contoh peristiwa yang memperlihatkan betapa Abu Bakar sangat membela dan melindungi Rasulullah, yakni Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan menganggap Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan perlindungan Nabi saat mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha mengejar Nabi waktu perjalanan ke Madinah. Pada waktu Rasulullah sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba seorang kafir quraisy yang bernama Uqbah bin abi Muaith menjerat leher rasulullah. Melihat rasulullah dalam keadaan bahaya,Abu Bakar langsung mendekati Uqbah dan membantingnya, sehingga rasulullah selamat tanpa cidera. Pada waktu peristiwa Isra’ Mi’raj orang-orang kafir quraisy menentang apa yang diceritakan oleh Rasulullah, diantara kaum Quraisy yang termasuk golongan awal yang mempercayai certa tentang Isra’ Mi’raj adalah Abu Bakar. Pada waktu menghadapi perang badar yaitu perang pertama antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy, Abu Bakar lah yang pertama menjawab pertanyaan Rasulullah tentang kesiapan pasukan kaum muslimin. Abu Bakar menjawab siap membela islam dan Rasulullah SAW. Jawaban Abu Bakar menjadi pemicu semangat para sahabat lainnya, baik dari Anshar maupun Muhajirin.[4] Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut kepercayaan lainnya. Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya pada waktu itu. Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi dan agama Islam, sehingga seluruh kekuatan yang dimilikinya semua dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak hanya ketika ia berada di kota Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. jasa beliau sangat dalam upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah,terlebih saat ia terpilih sebagai seorang khalifah rasyidah yang pertama, yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam. B. PENGANGKATAN ABU BAKAR MENJADI KHALIFAH 11-13 H/632-634 M Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan jadi Khalifah dipilih dari antara mereka. Dalam pada itu Ali ibnu Abi Thalib menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi. Tetapi bahagian terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka dipilihlah beliau jadi khalifah. Orang-orangyang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, di kala golongan terbanyak dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera pula memberikan bai’ahnya. Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di bawah ini kita kutip beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata “Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku”. C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN KHALIFAH ABU BAKAR Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk memberikan bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau, maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang pada mereka. Berikut langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh khalifah Abu Bakar, yaitu 1. Menghadapi gerakan Riddah pindah agama Dapat digolongkan menjadi 3 kelompok Orang-orang murtad. Orang yang tidak mau membayar zakat. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu diantaranya yaitu Thulaihah Al-Asadi, Musailamah Al Kadzab, dan Aswad Al ausi. Setelah peperangan antara pasukan abu Bakar dengan Thulaihah Al-Asadi menang,akhirnya Tulaihah masuk Islam kembali. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula. Golongan orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, dan setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat. Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari terakhir kehidupan Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan mereka setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani menunjukkan keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu. Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran. Perang Riddah perang melawan kemurtadan pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an Qori karena keikut sertaan mereka dalam perang tersebut. Mereka adalah penghafal bagian-bagian Al-Qur’an. Melihat situasi ini, Umar merasa cemas karena mungkin makin bertambahnya para Qori yang tewas akan menghilangkan sebagian Al-Qur’an. dengan alasan inilah akhirnya Umar mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan Al-Qur’ Bakar pada mulanya tidak setuju dengan usulan tersebut, karena tidak ada otoritas dari nabi untuk membukukan Al-Qur’an, namun kemudian ia setuju dan memberikan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit untuk menuliskannya. 2. Perluasan Wilayah Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. ada dua ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini tahun 634 M, pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di belahan timur dan utara. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia. Usaha Abu Bakar melakukan dakwah Islam itulah yang dikagumi. Barang kali ada juga orang yang berpandangan semacam dia, merasa sudah cukup puas dengan mempercayainya secara diam-diam dan tak perlu berterang-terang di depan umum agar perjalananya selamat, berjalan lancar. Dan barang kali Nabi Muhammad pun merasa cukup puas dengan sikap demikian itu dan sudah boleh dipuji. Tetapi Abu Bakar dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu, lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamnya, inilah yang belum pernah dilakukan orang;kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya, yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran. Orang demikian ini sudah berada diatas kepentingan pribadinya sehari-hari. Kita lihat, dalam membela agama, dalam berdakwahuntuk agama, segala kebesaran dan kemewahan hidup duniawinya dianggapnya kecil belaka. Dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh kebenaran itu. Tetapi abu bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan quraisy. sama halnya dengan Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu dengan kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaum nya serta perlindungan bani hasyim kepadanya. setiap Abu Bakar melihat Muhammad di ganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan,bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan quraisy terhadap rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa mereka di cela. Khalifah abu bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk panglima besar dan kepala-kepala dan taktik perang banyak yang didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita lihat banya di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jama’ah dan shalat jum’at di ibu kota tetap di tangan khalifah abu bakar, karena shalat dan jum’at adalah tiang agama. Organisasi dan mekanisme pemerintahan abu bakar adalah begitu kuat dan merata. perhubungan antara pusat madinah dengan daerah sampai kepada instansi yang terendah di suku-suku kabilah rapat sekali. itu adalah juga sebagai hasil dari kemenangan abu bakar di peperangan Riddah. Hal yang demikian sangat memberikan kemungkinan kepada ’’Hukum“ untuk timbul menonjol tinggi, dan kepadanya, ’’ Kekuasaan“ untuk mengembangkan sayapnya. maka sebagai kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di dalam ’’Baldatun taiyiban wa rabbun gafur“Negara makmur dilindungi tuhan yang pengampun. D. PRESTASI DAN PESAN ABU BAKAR Sifat yang dimiliki Abu Bakar Khalifah Abu Bakar memiliki akhlak yang mulia dan terpuji. Sifat lain yang dimilikinya antara lain kemauan dan pendiriannya kuat. Hatinya kuat mendukung Islam. Jujur dan amanah. Pemaaf dan dermawan. Percaya pada diri sendiri. Hemat. Prestasi/ jasa Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya. Bukankah ini merupakan salah satu keajaiban sejarah?! Dalam jangka waktu dua tahun tiga bulan bangsa-bangsa yang memberontak itu dapat kembali tenang dan menjadi bangsa bersatu yang kuat, disegani dan berwibawa, yang akhirnya malah dapat menerobos dua imperium besar yang ketika itu menguasai dunia dan menentukan arah kebudayaannya. Kedaulatan ini pula yang kemudian mengemban peradaban di dunia selama berabad-abad sesudahnya. Abu Bakar muhammd haikal husain hal 341 Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an. Lembaran tersebut banyak yang disimpan oleh para sahabat. Banyak diantara lembaran itu berupa kulit kayu, tulang belulang, dan ada juga para sahabat yang menuliskan diatas batu. Karena banyak orang yang hafal al Qur’an meninggal dunia saat peperangan maka Umar bin khatab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan mushaf alQur’an. Kemudian dibntuklah panitia penghimpun mushaf al Quran yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah terkumpul lalu disimpannya di rumah Hafsah binti Umar bin Khatab. Adapun jasa yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah Perbaikan sosial masyarakat. Perluasan dan penyebaran agama Islam Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi. Adapun pesan-pesan yang disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin. Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya. Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya roh kemanusiaan. Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah, terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan. Sayidina Abu Bakar berkata Terdapat delapan perkara yang menjadi perhiasan, kepada delapan perkara Menjaga perkara yang haram. Perhiasan kepada fakir. Syukur perhiasan kepada nikmat. Sabar perhiasan kepada bala. Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan. Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu. Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap. Meninggalkan riya perhiasan kepada kebaikan. Khusyuk perhiasan kepada sembahyang. Sesungguhnya hamba itu apabila datang ujub dengan sesuatu dari perhiasan dunia nescaya Allah memurkainya hingga dia menceraikan perhiasan itu. Moga-moga aku jadi pokok kayu dicantas kemudian dimakan. Dia berkata kepada para Sahabat Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku. E. WAFATNYA ABU BAKAR Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari. Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat yang amat penting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat penting itu Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya. Dalam keadaan yang demikian beliau dapat mengerahkan kaum muslimin menghancurkan syirik dan memberantas keragu-raguan dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan mereka menggulingkan singgasana Kisrah raja Persia dan Kaisar raja Romawi. Kalau ada suatu peristiwa besar yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu Bakar selalu kelihatan dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada arwah telah mencerminkan seluruh nilai-nilai dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni. BAB III KESIMPULAN Nama Abu Bakar aslinya adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi. Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah. Abu Bakar diberi gelar Ash-Shiddiq artinya yang amat membenarkan. Diberikan gelar itu karena Abu Bakar selalu membenarkan apa yang diajarkan Rasulullah saw. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah merupakan hasil musyawarah antara kaum muhajirin dan Anshar. Abu Bakar menghadapi kaum riddah Orang-orang murtad. Orang yang tidak mau membayar zakat. Orang yang mengaku sebagai nabi palsu. Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Jasa besar yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al Qur’an. Khalifah Abu Bakar ra. Meniggal dunia, senin, 23 agustus 634 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari. DAFTAR PUSTAKA Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin. 2008. Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang PT Karya Toha Putra. Tim Bina Karya Guru. 2008. Bina Sejarah Kebudayaan Islam untuk madrasah Ibtidaiyah kelas VI. Jakarta Erlangga. [1] Drs, Rusli Ishaq, dan Drs. H. Bahroin Suryantara, M, 2008, Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang PT Karya Toha Putra, Hlm 10. [2] Tim Bina Karya Guru, 2008, Bina Sejarah Kebudayaan Islam untuk madrasah Ibtidaiyah kelas VI, Jakarta Erlangga. [4] Drs, Rusli Ishaq, dan Drs. H. Bahroin Suryantara, MA. 2008. Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang PT Karya Toha Putra. Hlm 12-13. [4] Drs, Rusli Ishaq, dan Drs. H. Bahroin Suryantara, MA. 2008. Pendidikan Agama Islam Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang PT Karya Toha Putra. Hlm 12-13. A display with Abu Bakr's name written in Arabic at the Hagia Sofia, Istanbul modified by Rabe! own work [CC BY-SA via Wikimedia Commons History of Islam Contents[Hide]Abu Bakr the First Among Men to Enter IslamMigration to MadinahParticipation in BattlesThe Successor of the Prophet Abu Bakr the First Among Men to Enter Islam Abu Bakr was always a very close Companion of the Holy Prophet, he knew him better than any other man. He knew how honest and upright the Prophet was. Such knowledge of the Prophet made Abu Bakr be the first man to follow the Message of Prophet Muhammad sallallahu 'alayhi wa sallam. He was indeed the first adult male to accept Islam. The Holy Prophet told Abu Bakr what had happened at Mount Hira', he told him that Allah subhanahu wa ta'ala had revealed to him and made him His Messenger. When Abu Bakr heard this from the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam, he did not stop to think, he at once became a Muslim. He submitted to Islam with such determination that once the Holy Prophet himself remarked, "I called people to Islam, everybody thought over it, at least for a while, but this was not the case with Abu Bakr, the moment I put Islam before him, he accepted it without any hesitation." He was titled as-Siddiq by the Prophet because his faith was too strong to be shaken by anything. In fact, Abu Bakr was more than a great believer, as soon as he became a Muslim, he immediately began to preach Islam to others. Among those who accepted Abu Bakr's invitation to Islam were 'Uthman, Az-Zubayr, Talhah, 'Abdur-Rahman ibn Awf, Sa'ad ibn Waqqas and others who later became the pillars of Islam. Abu Bakr's love of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam was so great that he was willing to sacrifice his life for the sake of protecting and comforting the Prophet saw. Such love and sacrifice were demonstrated when one day the Holy Prophet was saying his prayers in the Ka'bah, while some of the chiefs of Makkah were sitting in the court yard of the Ka'bah. Seeing the Prophet praying, 'Uqbah ibn Abi Mu'it took a long piece of cloth and put it around the Prophet's neck and twisted it hard in an attempt to strangle the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam to death. At that moment Abu Bakr happened to pass by from a distance, he saw 'Uqbah trying to strangle the Prophet to death. Immediately Abu Bakr ran to the help of the Prophet, he pushed 'Uqbah aside and took the cloth from aroundthe Prophet's neck. Thereupon the enemies of Islam came down upon Abu Bakr and beat him unmercifully, although Abu Bakr with faith like a rock did not care for his own suffering, he was glad that he was able to save the Prophet of Allah, even at the risk of his own life. Abu Bakr with the wealth he had, also had a major role in freeing some of the Muslim slaves, who were barbarically tortured by their heartless Mushrik masters to give up the faith and return to their masters' beliefs. The heartless monsters tried all kinds of torture they made them lie all naked on the burning desert sand, putting big stones on their chest, as well as other kinds of torture. Here Abu Bakr's wealth came to the rescue, as he bought the poor helpless slaves from their inhuman masters and set them free, Bilal al-Habashi, the slave of 'Umayyah ibn Khalaf, was among those who were set free by Abu Bakr. Bilal became afterwards the mu'adhin at the Prophet's mosque. Migration to Madinah Islam was growing rapidly in Makkah, the enemies of Islam were getting frustrated by this rapid growth. The chiefs of Makkah found that it is necessary for them to get rid of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam before Islam can cause a real threat to them, so they planned to kill the Prophet. Allah subhanahu wa ta'ala revealed to his Prophet the intentions of the non-believers and ordered him to migrate to Madinah. So the Prophet quickly went to Abu Bakr's house who was among the few that were left in Makkah with the majority of Muslims having already migrated to Madinah. The Prophet informed Abu Bakr that he was commanded to migrate to Madinah that night and that he has chosen him to have the honor of joining him on his migration. Abu Bakr's heart was full of joy, "I have been looking forward to this day for months," he exclaimed. The Makkans were so eager to find the Prophet they were searching for him like mad hounds. Once they came to the mouth of the cave, Abu Bakr grew pale with fright, he feared not for himself, but for the life of the Holy Prophet. However, the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam remained calm and said to Abu Bakr, "do not fear, certainly Allah is with us". Such words quickly calmed down Abu Bakr and brought back tranquility to his heart. Participation in Battles Abu Bakr, being the closest of Companions to the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam, took part in all the battles that Prophet Muhammad had fought. At 'Uhud and Hunayn, some members of the Muslim army showed signs of weakness, however, Abu Bakr's faith never wavered, he always stood like a rock by the side of the Prophet. Abu Bakr's faith and determination to raise the banner of Islam were so great that at Badr, one of his sons, who had not yet embraced Islam was fighting among the enemies, Abu Bakr was so eager to find his son in the battle that he was searching for him amongst the enemies in order to slay him. Abu Bakr's great love of the Prophet was demonstrated when peace talks at Hudaibiya were held. During the negotiations, the spokesman of Quraysh was touching the beard of the Prophet every now and then. Abu Bakr's love for the Prophet was so great that he could bear no more, he took out his sword and looked angrily at the man saying, " ... if that hand touches the beard of the Prophet again, it will not be allowed to go back." Tabuk was the last expedition of the Holy Prophet. He was keen to make it a great success, he therefore asked people to help the expedition with whatever they could. This brought the best out of Abu Bakr who beat all records as he took all his money and household articles and heaped them at the Prophet's feet. "Have you left anything for your children?" asked the Prophet. Abu Bakr then responded with great faith "Allah and his Messenger are enough for them." Companions standing around were stunned they realized that whatever they do they could not outdo Abu Bakr in the field of service to Islam. The Successor of the Prophet The first Hajj under Islam was in the ninth year of Hijrah. The Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam was too busy at Madinah to lead the Hajj, so he sent Abu Bakr as his agent, he was to lead the Hajj in place of the Prophet. The Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam led the prayers himself ever since he arrived to Madinah. During his last illness, the Prophet could no longer lead the prayers, he was too weak to go to the mosque, he therefore had to choose someone to fill such high position after him. Abu Bakr was also the one who was honored to be chosen by the Prophet for such a task. Thus in the lifetime of the Prophet, Abu Bakr came to fill the highest position under Islam leading prayers. While one day Abu Bakr was away 'Umar was appointed by the Companions to lead the prayers in his absence. Realizing the change of voice, the Prophet said, "This is not Abu Bakr's voice, no one but he should lead prayers, he is the fittest person for this position." When the news of the Prophet's death came out, many Muslims were confused and stunned. 'Umar himself was so overcome with emotions that he drew his sword and declared, "If anyone says that the Messenger of Allah is dead, I will cut off his head." Muslims stayed in such state until Abu Bakr arrived and gave his famous address "O People! If anyone among you worshipped Muhammad, let him know that Muhammad is dead. But those who worshipped Allah, let them know that He lives and will never die. Let all of us recall the words of the Qur'an. It says 'Muhammad is only a Messenger of Allah, there have been Messengers before him. What then, will you turn back from Islam if he dies or is killed?' " Suddenly Abu Bakr's words started to sink in, and in no time confusion was gone. Having shrugged off the shocking news of the Prophet's death, Muslims realized that they need someone to fill the position of leadership amongst them. The two main groups amongst Muslims were Muhajirun refugees from Makkah, and Ansar the people of Madinah. The Ansar gathered at the Thaqifah Bani Saydah their meeting place. Sa'ad ibn Abadah, the Ansar leader, suggested that the Caliph should be from amongst them. Although many refused saying that the Muhajirun in right have a better claim to Khilafah. When the news reached Abu Bakr, he quickly went to their gathering, fearing that confusion might spread once again, and said, "Both Muhajirun and Ansar have done great service to Islam. But the former were the first to accept Islam, they were always very close to the Messenger of Allah. So, O Ansar, let the Caliph be from amongst them." After a short discussion, the Ansar agreed that they should choose the Caliph from amongst the Muhajirun, being from the tribe of Quraysh and being the first to accept Islam. Abu Bakr then asked people to choose between 'Umar ibn al-Khattab and Abu 'Ubaydah ibn al-Jarrah. Hearing this, both men jumped to their feet and exclaimed "O Siddiq, how can that be? How can anyone else fill this position as long as you are among us? You are the top man amongst he Muhajirun. You were the Companion of the Prophet sallallahu 'alayhi wa sallam in the Thawr cave. You led prayers in his place, during his last illness. Prayer is the foremost thing in Islam. With all these qualifications you are the fittest person to be the successor of the Holy Prophet. Hold out your hand that we may pledge loyalty to you." But Abu Bakr did not stretch out his hand. 'Umar saw that the delay might lead to the reopening of the disagreements so he himself took Abu Bakr's hand out and pledged loyalty to him. Others followed by example, and Abu Bakr became the first Caliph by general consent of the Muslims. In the next day, Abu Bakr addressed the gathering of Muslims in the Prophet's mosque urging them to continue their path as true Muslims and to give him loyalty and support as long as he is obeying the Commands of Allah subhanahu wa ta'ala and His Messenger. 'Ali radiallahu 'anhu along with some of his relatives delayed their pledge of loyalty to Abu Bakr for six months after a difference of opinion with the Caliph due to the right of inheritance of the Prophet's land. Although both men respected each other, and 'Ali soon after the death of his wife Fatimah gave the pledge of loyalty to Abu Bakr. Such was the quality of the humble and generous Companion who believed the Prophet in everything to the extent that he was called As-Siddiq, by the Prophet. His great personality and service to Islam and Muslims earned him the love and respect of all Muslims, so that he was chosen as the first Caliph after the death of the Prophet by all Muslims. Insha'Allah in the next issue we will talk about his qualities as a leader and his success as a Caliph. Â From the 26th issue of Nida' ul-Islam, April - May 1999 Imam Nawawi dalam bukunya At-Tahdzib berkata, apa yang kami sebutkan bahwa nama Abu Bakar As-Shiddiq adalah Abdullah, namanya yang benar dan masyhur. Ada juga yang menyebutkan bahwa namanya adalah Al-Atiq. Namun yang benar ialah apa yang telah disepakati oleh para ulama bahwa Atiq itu bukanlah nama dia, Atiq adalah gelarnya. Dia diberi gelar Atiq, karena dianggap lepas dari neraka. Abu Bakar termasuk sahabat yang pertama kali Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur'an yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur'an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur'an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu "kumpulan" Al-Qur'an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur'an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar. Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !Abu Bakr As-Sidiq is one of the earliest converts to Islam assabiqunal awwalun, Saw Rasullullah friend., And also inducted into the first Caliph appointed by the Muslims. He was born in conjunction with the anniversary of the birth of Prophet Mohammad. in 572 AD in Mecca, derived from the descendants of Bani Taim, the tribe of Quraysh. His real name is Abi Abdullah Ibni on the few historians of Islam, he was a merchant, judge with high standing, an educated and trusted as one who could interpret dreams. Under the circumstances in which the belief taught by the Prophet Muhammad SAW attract more young children, the poor, the marginalized and the slaves, difficult to accept that Abu Bakr would include those who embraced Islam in the early period and also were able to persuade the population mecca and other Quraysh followed him Islam.Abu Bakr means 'father of the girl', the father of the Prophet Muhammad's wife Aisha. Her real name was Abdul Ka'aba meaning 'servant of the Kaaba', which is then converted by the Prophet to Abdullah meaning 'servant of Allah'. Other sources say his name is Abdullah bin Abu Quhafah Abu Quhafah is her seat or her father's surname. As-Sidiq titles believed given the Prophet Muhammad that he is better known as Abu Bakr al-Siddiq. As the first people who converted to Islam, Abu Bakr ordeal suffered quite a lot of As-Sidiq. But he always remained faithful to accompany the Prophet and with him being the only friend moved to Medina in 622 before his death, Abu Bakr was appointed as a prayer leader in his place. It is indicated that Abu Bakr would later replace the Prophet led the congregation. After the death of Rasullullah, then through consultation between the Emigrants and the Ansar chose Abu Bakr as the first caliph, starting the era of four caliphs. Although opposed by some Shiite Muslims because they thought the Prophet had to choose Ali bin Abi Talib as his successor, but Ali bin Abi Talib declared loyal and supportive of Abu Bakr as the after he became caliph, Abu Bakr matter much preoccupied with the suppression of rebellion and streamlining the public belief that deviated after the death of the Prophet. He is fighting Al-Kazab Musailamah Musailamah the liar, who claim to be a new prophet to replace the Prophet Muhammad, and also collect alms to the tribes who do not want to pay after the death of Prophet Mohammad. They assume that the charity is a form of tribute to Rasullullah. After usainya rebellion and various internal problems, he continued his mission of Prophet Muhammad symbols of Islam broadcast to the world. Abu Bakr sent people to the Byzantine and Sassanid trust as a mission to spread Islam. Khalid bin Walid also successfully conquered Iraq and Syria with became caliph in a period of 2 years. Abu Bakr died on August 23, 634 in Medina. He was buried beside the tomb Rasullullah Saw. The next position is replaced by the Caliph Umar bin indonesian see In indonesia see here If you are interested to copy this article, so I allowed it outright, but I hope my friend put my link ya .. I'm sure a good friend. other than article Biography of Abu Bakr As-Sidiq, you can read the other article or paper in the Aneka Ragam Makalah. And If You Want to Share your paper to my blog please click Here. By Ibrahim Lubis and My Email ibrahimstwo0 Jakarta - Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama lengkap Abdullah bin Utsman Abu Qahafah bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'd bin Tamim bin Murrah bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Tamimi al-Quraisyi dan lahir di Mekkah pada tahun 572 memeluk Islam, Abu Bakar dikenal dengan nama Abdul Ka'bah, kemudian diganti dengan Abdullah setelah masuk dari buku yang ditulis oleh Salih Suruc, dalam catatan sejarah, ada kemungkinan semasa kecilnya, Abu Bakar dan Rasulullah SAW sempat tinggal bersamaan di dataran tinggi Bani Saad selama 1 hingga 2 tahun. Hal inilah yang melahirkan persahabatan dan kedekatan di antara Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan, seperti yang dikutip dari Buku Kisah Hidup Abu Bakar al-Shiddiq. Ia adalah seorang khalifah pertama dan menjadi satu-satunya yang disebut sahabat Rasulullah oleh Allah "Sang Sahabat" termaktub dalam firman Allah QS. At-Taubah ayat 40إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌArtinya Jika kau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekkah mengeluarkannya dari Mekkah sedang ia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."Ahli tafsir sepakat bahwa kata 'sahabat' tersebut ditujukan pada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menemani Rasulullah SAW di gua dalam perjalanan hijrah ke kota ucapan dan tingkah lakunya yang menggambarkan kejujuran, semasa hidup, Abu Bakar pun selalu mengakui dan membenarkan Rasul saat diangkat menjadi nabi. Oleh karena itu, ia menyandang gelar yang hingga saat ini selalu mengikuti namanya, Ash-Shiddiq yang berarti jujur dan pada suatu hari di Mekkah, Abu Bakar dipukuli dan dikeroyok oleh kaum musyrik hingga membuatnya berlumuran darah dan terkapar tak berdaya. Ia pun dipindahkan ke rumahnya oleh salah seorang Banu harinya, Abu Bakar sadar dari pingsannya. Namun, hal pertama yang ia tanyakan pada orang-orang sekitarnya adalah"Apa yang sedang dilakukan Rasulullah SAW?"Tidak ada yang menjawab hingga seseorang menemui ibunya, Ummu al-Khair. Bahkan ibunya tertegun melihat kondisi putranya. Namun, Abu Bakar kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada bibi Rasulullah, Ummu Jamil menemuinya dan mengabarkan bahwa Rasul dalam keadaan sehat walafiat. Abu Bakar pun kembali bertanya"Di manakah Beliau saat ini?""Di rumah Ibn Abi al-Arqam," jawab Ummu halaman selanjutnya

makalah abu bakar as siddiq